Kamis, 09 Oktober 2014

Max havelaar

Pada tahun 1859 Eduard Douwes Dekker, seorang pegawai pemerintah yang kecewa di Hindia Belanda, menulis buku dengan nama samaran "Multatuli". Buku ini berjudul "Max Havelaar atau Lelang Kopi Perusahaan Dagang Belanda". Isinya adalah kritik tentang kesewenang-wenangan pemerintahan kolonial Belanda di Hindia Belanda.
Buku tersebut merupakan bingkai dari berbagai jalinan kisah cerita. Mulainya adalah kisah tentang Batavus Droogstoppel, seorang pedagang kopi dan contoh yang tepat tentang seorang borjuis kecil yang membosankan dan kikir, yang menjadi simbol bagaimana Belanda mengeruk keuntungan dari koloninya di Hindia Belanda. Suatu hari, mantan teman sekelasnya (Sjaalman) menjenguk Droogstoppel dan memintanya menerbitkan sebuah buku.
Selanjutnya -disela oleh komentar Droogstoppel- adalah kisah tentang buku itu yang secara garis besar menceritakan pengalaman nyata Multatuli (alias Max Havelaar) sebagai asisten residen di Hindia Belanda. (Sebagian besar adalah pengalaman penulis Eduard Douwes Dekker sendiri sebagai pegawai pemerintah.) Asisten residen Havelaar membela masyarakat lokal yang tertindas, orang-orang Jawa, namun para atasannya yang warganegara Belanda dan masyarakat lokal yang mempunyai kepentingan bisnis dengan Belanda, beramai-ramai menentangnya.
Sejumlah kisah tentang masyarakat lokal dirangkaikan dalam buku ini, misalnya, kisah tentang Saidjah dan Adinda. Di antara kalimat-kalimat tentang kisah cinta yang mengharukan, tersirat tuduhan tentang eksploitasi dan kekejaman yang menjadikan orang-orang Jawa sebagai korbannya. Pada bagian akhir buku ini, Multatuli menyampaikan permintaan secara sungguh-sungguh langsung kepada Raja William III, yang dalam posisinya sebagai kepala negara, adalah yang paling bertanggung jawab untuk kesewenang-wenangan dan korupsi pemerintahan di Hindia Belanda.
Pada awalnya, buku ini menerima banyak kritik, tetapi kemudian segera menimbulkan perdebatan dan dicetak ulang beberapa kali. Buku ini masih diterbitkan sampai sekarang dan telah diterjemahkan ke dalam lebih dari 40 bahasa. Pada tahun 1999, penulis Indonesia Pramoedya Ananta Toer merujuk buku ini dalam the New York Times sebagai "Buku yang Membunuh Kolonialisme".

Sejarah Indonesia


Perkembangan Kolonialisme
dan Imperialisme di Indonesia


A.     Lalu Lintas Perdagangan Dunia sebelum Era Kolonialisme-Imperialisme Eropa
1.      Perdagangan Melalui Jalan Sutra
Aktivitas perdagangan antarbangsa menghubungkan bangsa-bangsa di Asia Timur dan Tenggara, Wilayah Mediterania, serta Eropa dengan melewati apa yang disebut Jalan Sutra. Pada awalnya komoditas utama yang diperdagangkan melalui Jalan Sutra adalah sutra dari Cina, dengan sarana pengangkut utama unta. Jalan Sutra dirintis kira-kira pada tahun 139 SM di Cina. Jalan Sutra ini dikenal sebagai jalan terpanjang dan kurun waktu terlama yaitu 6.400 km dan 1500 tahun.

Jalan Sutra tidak hanyak banyak dilewati oleh saudagar-saudagar tapi juga banyak dilewati oleh para diplomat dan penjelajah Inggris. Jalan Sutra juga diramaikan oleh para pedagang dari Seleukia, Antiokia, Alexandria, dan Persepolis. Rute Jalan Sutra dimulai di Changan (Xian) di Cina, melewati kota-kota perdagangan di Asia Tengah, dan berakhir di Antiokia ataupun Konstantinopel (Istanbul). Komoditas yang di perdagangkan di Jalan Sutra ini antara lain sutra, emas, batu giok, teh, dan rempah-rempah. Kota yang melewati Jalan Sutra dengan cepat berubah menjadi kota-kota yang ramai perdagangan yang juga menjadi pusat budaya, seni, dan ilmu pengetahuan.

Para khalifah yang awalnya melewati Jalus Sutra kemudian melewati jalur alternatir atau yang sering disebut jalur laut. Jalur laut ini menghubungkan wilayah Mediterania dan India. Antara abad ke-1 dan dan abad ke-6 kapal-kapal pedagang mulai melewati jalur laut, pada saat itulah jalur laut mulai terkenal. Jalur Sutra mulai redup, dan mulai ramai kembali selama masa kejayaan Kekaisaran Mongol pada abad ke-13, namun mulai redup kembali pada saat kedatangan bangsa-bangsa Barat karena sejak saat itu mobilitas dan pengangkutan barang menggunakan jalur laut.
2.      Perdagangan di Nusantara
Menurut Poesponegoro dan Notosusanto adalah penduduk Indonesia yang dikenal sebagai pelayar-pelayar yang tangguh dan sanggup mengarungi lautan lepas untuk melakukan perdaganan pada tahun 1993. Pusat-pusat perdagangan tumbuh dengan pesat di pesisir Sumatera dan Jawa. Pada masa kerajaan Hindu-Budha semakin berkembang dan makin berkembang lagi pada era kerajaan-kerajaan Islam. Pada masa ini, kerajaan-kerajaan Nusantara banyak berhubungan dengan India, Cina, Tanah Genting Kra, Pahang, Vientam, dan Thailand. Rempah-rempah dari Kepulauan Maluku banyak dijual ke kerajaan-kerajaan di Sumatera ataupun saudagar-saudagar asing dari Cina, India, dan Arab.



B.      Lahirnya Kolonialisme-Imperialisme Barat
Tujuan pertama dan utama datanganya para penjelajah Barat adalah untuk berdagang. Mereka membeli sumber-sumber yang langk seperti rempah-rempah yang kemudia merek jual kembali. Seiring berkembangnya waktu, bangsa-bangsa Barat ini mulai menguasai wilayah-wilayah yang mereka duduki secara politik dan militer dan melakukan monopoli perdagangan.
1.      Faktor Utama: Gold, Gospel, Glory
a.      Gold
Faktor pertama adalah keinginan bangsa Eropa untuk berdagang secara langsung dengan Dunia Timur. Sebelumnya mereka mendapatkan barang dari Dunia Timur di Konstantinopel, kota yang dikenal sebagai kota yang strategis.
·         Faktor Konstantinopel
Dari Konstantinopel, bangsa-bangsa Barat belajar bahwa berdagang secara langsung denga  Dunia Timur bukan melalui pedagang-pedangan perantara.
·         Berkembangnya paham merkantilisme di Eropa
Meekantilisme adalah teori ekonomi yang menyatakan bahwa kesejahteraan suatu negara dintentukan oleh banyaknya aset atau modal yang dimiliki. Modal ini bisa diperbesar dangan meningkatkan ekspor dan sebisa mungkin mencegah impor. Sistem ekonomi ini lah yang disebut sistem ekonomi merkantilisme. Merkantilisme berkembang pada abad ke-15 sampai abad ke-17.




b.      Gospel
Faktor lainnya yang juga mendorong lahirnya kolonialisme dan imperialisme adalah adanya keinginan untuk menyebarkan agama Nasrani ke seluruh dunia. Pada saat perebutan wilayah Portugis dan Spanyol Paus Alexander VI adalah seorang yang menyelesaikan konflik tersebut. Pada waktu itu Paus adalah pemimpin religious dan penguasa politik sekaligur, dan raja-raja di Eropa adalah bawahannya.

c.       Glory
Semangat untuk mencapai kejayaan sebagai bangsa itulah yang melahirkan era Penjelajahan Samudera, yang dipelopori oleh portugis

2.      Faktor-faktor Pendukung
·         Adanya berbagai penemuan baru dalam berbagai bidang
·         Didorongkan oleh semangat dan idealism pribadi
·         Portugis dan Spanyol menjadi tempat pengungsian

3.      Faktor Pemicu: Jatuhnya Konstantinopel pada 1453
Jatuhnya Konstantinopel dikarenakan Sultan Mehmed II mempresulit pedagang Eropa beroperasi di daerah kekuasaannya. Karena pada saat itu Konstantinopel dikuasai oleh Sultan Mehmed II atau yang lebuh dikenal dengan penguasa Ottoman.


C.      Kolonialisme –Imperialisme Barat (Eropa) di Indonesia
1.      Masuknya Bangsa Portugis ke Indonesia
Portugis masuk ke Indonesia dibawah pimpinan pelaut yaitu Afonso de Albuquerque (1453-1515). Datangnya portugis ke Indonesia berarti mereka adalah orang Eropa pertama yang memulai kolonisasi Eropa selama berabad-abad. Afonso melakukan ekspedisi ke Indonesia tidak lama setelah diangkat sebagai Gubernur Portugis di India. Portugis sudah menguasai India dan mendirikan pemerintahan disana. Tanggal 10 agustus 1511 Malaka ditaklukan. Hal ini membuat Indonesia dikenal oleh bangsa-bangsa Eropa lainnya.tahun 1522 Portugis mengadakan kontrak dengan Kerajaan Sunda atau Pajajaran. Dihari yang sama juga dibuat prasasti bernama Prasasti Perjanjian Sunda-Portugis.

Portugis merasa terdesak karena Kerajaan Demak menyerang Pajajaran, akhirnya mereka pindah ke Kerajaan Rempah-rempah yaitu Maluku. Yang kemudian disingkirkan oleh Belanda tahun 1599.

2.      Masuknya Bangsa Spanyol ke Indonesia
Bangsa Spanyol berada di Indonesia hanya kira-kira 8 tahun (1521-1529). Mereka masuk melalui Filipina dan mencapai Kepulauan Maluku dibawah pimpinan Kapten Sebastian del Cano. Masuknya Spanyol ke Indonesia membuat bangsa Portugis kesal karena merasa Spanyol melanggar perjanjian. Akhirnya untuk menyelesaikan konflik kedua bangsa tersebut memebuat perjanjian baru.

3.      Masuknya Bangsa Belanda ke Indonesia
Pada tanggal 2 April 1595 Belanda berangkat melakukan ekspedisi pertama dengan 6 kapal. Mereka tiba di Banten pada bulan Juni, mereka pun diterima baik oleh rakyat di Banten. Tapi karena sifat angkuh dan tak bersahabat Belanda, pemimpin saat itu sultan Banten sudah tidak suka lagi. Namun beliau masih sabar, sampai pada satu titik kesabaran sultan Banten sudah habis, pasukan Banten pun menyerang kapal –kapal orang Belanda bersama orang Portugis.

Ekspedisi kedua terjadi dalam kurun waktu 1598-1600 dibawah pimpinan J.C. van Neck (1564-1634). Di ekspedisi kedua ini van Neck disambut baik oleh sultan Banten, alasannya karena ia mau memanfaatkan Belanda untuk melawan Portugis yang terlibat perang dengan Banten beberapa bulan sebelumnya. Singkat cerita belanda menang melawan portugis, dan malah memonopoli perdagangan rempah-rempah di Indonesia.

D.     VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) (1602-1799)
1.      Sejarah Lahirnya Voc
Keberhasilan Belanda dalam merebut Indonesia dari Portugis membuka jalan bagi mereka untuk mengambil lebih banyak rempah-rempah. Hanya dalam 2 tahun mereka menjadi kayak dengan rempah-rempah. Hal ini menyebabkan tingkat penawaran lebih tinggi dari pada permintaan, dan mambuat harga rempah-rempah turun, hal ini tentu merugikan pedagang-pedagang.

Maka pada tahun 1602 pemerintah Belanda membentuk serikat dagang untuk India dan wilayah Timur yang disebut dengan VOC. Di Indonesia serikat ini lebih dikenal dengan sebutan kompeni. VOC memiliki kelebihan dalam bentuk system organisasi yang sudah tertata. Kelebihan ini lah yang membuat VOC berhasil.
2.      Kebijakan-kebijakan VOC di Indonesia
a.      Memberlakukan dua jenis pajak kepada rakyat
b.      Menyingkirkan pedagang-pedagang lain
c.       Menentukan luas areal penanaman rempah-rempah
d.      Melakukan kebijakan esktirpasi
e.      Mewajibkan kerajaan-kerajaan untuk menyerahkan upeti
f.        Mewajibkan rakyat menanam tanaman tertentu
g.      VOC tidak segan melakukan kekerasan
h.      VOC memakai taktik yang selama berabad-abad jitu: pecah belah dan kuasai
Gubernur-gubernur selanjutnya pun ikut melaksanakan kebijakan-kebijakan ini. Gubernur yang menambahkan kebijakan yaitu Jan Pieterszoon Coen. Ia menambahkan sebagai berikut:
a.      Mengusir orang Inggris
b.      Mengusir dan melenyapkan penduduk asli Banda
c.       Menerapkan kebijakan ekstirpasi
d.      Mempertahankan monopoli
e.      Menerapkan dua pajak
f.        Mencegah penyendulupan
g.      Mengahancurkan dan menguasai pusat-pusat perdagangan islam di Indonesia
h.      Memperkuat pertahanan
3.      Berakhirnya VOC pada Tahun 1799
a.      Faktor internal nya itu karena korupsi oleh pegawai VOC itu sendiri
b.      Factor eksternal nya itu adalah pada tahun 1795 Belanda berada dibawah kuasa Perancis, hal ini membuat VOC dan bangsa Belanda sendiri lemah.
E.      Indonesia pasca-VOC: Masuknya Pengaruh Perancis dan Pendudukan Inggris
Saat VOC bubar terjadi semacam kekosongan kekuasaan di Indonesia. Sementara itu Inggris mengincar Indonesia dari Belanda ini memblokade Batavia dan menghancurkan galangan kapal Belanda pada tahun 1800. Lalu pada tahun 1806 armada kecil Inggris muncul di Gresik, ancaman kehilangan tanah didepan mata. Dalam kurun waktu 1806- 1811 Indonesia ada dibawah jajahan Perancis.

1.      Herman Willem Daendels (Januari 1808-Mei 1811)
Tugas Daendels adalah mempertahankan Pulau Jawa dan memperbaiki keadaan tanah jajahan. Kebijakan yang dilakukan oleh Daendels antara lain:
·         Membangun Jalan Raya Pos dari Anyer-Panarukan
·         Mendirikan benteng-benteng pertahanan
·         Membangun pangkalan angkatan laut di Merak dan Ujung Kulon
·         Membangun angkatan perang
·         Mendirikan pabrik senjata di Surabaya
·         Membangun rumah sakit
·         Membagi Pulau Jawa menjadi 9 daerah
·         Mengangkat Bupati
·         Menaikan gaji pegawai
·         Mendirikan badan pengadilan
2.      Thomas Stamford Raffles (1811-1814)
Kebijakan yang diterapkan:
·         Manghapus system kerja paksa
·         Memberi kebebasan pada rakyat
·         Menghapus pajak hasil bumi
·         Menetapkan tanah sebagai milik pemerintah
·         Pemungutan pajak sewa tanah dilakukan per kepala
·         Bupati diangkat sebagai pegawai pemerintah
·         Membagi Pulau Jawa menjadi 16 keresidenan
·         Membentuk system pemerintahan dan pengadilan sesuai system yang dilakukan di Inggris

F.       Masa Kekuasaan Belanda Kedua (1816-1942)
Konvensi London (1814) mengembalikan hak Belanda atas bekas-bekas wilayah kekuasaannya di Indonesia. Namun Belanda mengalami krisis uang karena banya utang yang haru dibayarkan. Pada waktu seperti ini Belanda kemudian memberlakukan beberapa kebijakan.
1.      Kebijakan Tanam Paksa: Johannes van den Bosch (1830-1870)
Berikut ini kebijakan-kebijakan dasar system TP:
·         Mewajibkan setiap desa menyisihkan sebagian tanahnya
·         Rakyat yang tidak memiliki tanah harus bekerja di tanah-tanah pertanian dan di pabrik
·         Waktu mengerjakan tanam menama hanya kurang dari 3 bulan
·         Kelebihan hasil produksi akan dikembalikan pada rakyat
·         Beberapa jenis kerusakan dan kerugia ditanggung oleh pemerintah
·         Pengawasan system TP diawasi oleh kepala desa

2.      Kebijakan Pintu Terbuka (1870-1900): Eksploitasi Manusia dan Eksploitasi Agraria
Dilatarbelakangi oleh perubahan politik di Belanda dan pengaruh revolusi industry
3.      Politik Etis: 1901
(1)   Irigasi (pengairan), yaitu membangun dan memperbaiki pengairan
(2)   Migrasi, yaitu menyeimbangkan jumlah penduduk
(3)   Edukasi, yaitu memperluas bidang pengajaran dan pendidikan